Mengenal Sosok Ir. Soekarno Sang Proklamator
Soekarno lahir dengan nama Kusno yang diberikan oleh orang tuanya. Akan tetapi, karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belkalian). Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno. Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.
Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.
Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Jasa Ir. Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Bung Karno, begitu ia disapa, merupakan tokoh intelektual karismatik yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa penting pergerakan nasional. Lewat orasi-orasinya, Soekarno berhasil membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia untuk terbebas dari penjajahan. Karena itulah Bung Karno mendapat julukan 'Singa Podium'. Tak heran, sehari setelah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada dunia, tepatnya 18 Agustus 1945, Bung Karno diangkat menjadi menjadi presiden pertama bangsa ini.
Bung Karno merupakan sosok yang vokal menentang kesewenang-wenangan penjajah. Setelah ditahan karena dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda, Soekarno dengan lantang membacakan pidato pembelaan yang ia beri judul “Indonesia Menggugat” pada 1930. Hal yang perlu digaris bawahi dalam pidato ini adalah, pidato tersebut bukanlah pembelaan Bung Karno terhadap dirinya sendiri, melainkan pembelaan terhadap pergerakan nasional Indonesia. Soekarno menyampaikan kritiknya terhadap imperialisme dan menyebut Belanda menerapkan politik drainase yang menghisap dan mengalirkan kekayaan Indonesia ke negeri-negeri imperialis yang menyebabkan kemelaratan rakyat Indonesia.
Sebelum peristiwa Proklamasi, terjadi peristiwa Rengasdengklok, bagaimana kelompok pemuda berupaya mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Kota Rengasdengklok dipilih karena letaknya dekat dengan Jakarta serta relatif aman karena telah dijaga ketat oleh pasukan PETA yang dipimpin Syudanco Singgih. Para pemuda khawatir bila Soekarno dan Hatta dipengaruhi pemikirannya oleh Jepang. Tidak heran muncul dikotomi golongan Tua dan golongan Muda. Tokoh-tokoh yang dikelompokan dalam golongan tua adalah mereka yang berjuang memerdekakan bangsa Indonesia mengikuti skenario yang sudah dibuat oleh Jepang melalui pembentukan BPUPK dan PPKI. Sehingga bisa dikatakan bahwa Sukarno dan Mohammad Hatta, beserta seluruh anggota BPUPK dan PPKI termasuk dalam kelompok ini.