Teori Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang letaknya strategis karena berada di jalur pelayaran yang menghubungkan negara-negara Barat dan Timur. Berlabuhnya kapal-kapal dagang dari berbagai bangsa membuat Indonesia tidak dapat menghindar dari pengaruh luar.
Hubungan dagang antara Indonesia dan India terjadi sejak tahun 1 M. Hubungan perdagangan ini diikuti pula oleh hubungan kebudayaan, seperti agama, sistem pemerintahan, sosial, dan budaya sehingga terjadi percampuran kebudayaan di antara dua bangsa tersebut. Hubungan itu membuat bangsa Indonesia mengenal agama hindu dan budha.
Perdagangan |
Teori masuknya Agama hindu dan budha masuk ke Indonesia
- Teori Waisya
Teori ini di kemukakan oleh N.J Krom, didasarkan pada alasan bahwa motivasi terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk berdagang. Golongan terbesar yang datang ke Indonesia adalah para pedagang India (kasta waisya). Mereka bermukim di Indonesia, bahkan menikah dengan orang Indonesia. Selanjutnya mereka aktif melakukan hubungan sosial, tidak saja dengan masyarakat Indonesia secara umum, tatapi juga dengan pemimpin kelompok masyarakat. Lewat inteaksi itulah, mereka menyebarkan dan memperkenalkan agama dan kebudayaan mereka.
Kelebiahan :
Salah satu kelebihan teori waisya sudah disebutkan diatas, adanya interaksi antara pedagang dari India maupun Arab dengan penduduk/masyarakat dalam transaksi jual beli yang dilakukan. Interaksi tersebut merupakan fakta yang tidak dapat dibantah. Karena keberadaan pedagang-pedagang tersebut sudah dibuktikan, contohnya pada masa kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera yang memiliki letak strategis sebagai jalur perdagangan para pedagang asing.
Kelemahan :
Teori waisya juga memiliki kelemahan, yaitu golongan pedagang (waisya) tidak bisa menguasai huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Karena kemampuan ini hanya dimiliki oleh kaum brahmana (golongan kelas pertama agama Hindu). Sementara banyak peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan Hindu berupa prasasti yang memuat huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
- Teori Ksatria
Menurut teori yang dikemukakan F.D.K Bosch ini, pada masa lampau, di India, sering terjadi perang antargolongan. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka, ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya hindu.
Kelebihan :
Para ksatria yang melarikan diri kemudian mendiami wilayah Indonesia, mendirikan perkumpulan atau komunitasnya sendiri hingga berkembang menjadi sebuah kerajaan
Kelemahan :
Kelemahan teori ini adalah tidak adanya bukti tertulis bahwa pernah terjadi kolonialisasi oleh para ksatria India.
- Teori Brahmana
Menurut teori ini para brahmana seperti ahli ulama, ahli hukum, ahli kitab suci, serta sarjana sastra dan filsafat berperan membawa kebudayaan India ke Indonesia.
Menurut J.C. Van Leur, para pemimpin suku mengundang para brahmana dari India untuk dapat bertemu dengan orang-orang Indonesia yang memiliki taraf yang sama dan untuk meningkatkan kondisi negerinya. Dalam proses interaksi tersebut, para brahmana memperkenalkan kebudayaan yang berasal dari golongan mereka (brahmana).
Ini didasarkan pada peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha, terutama prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Palawa. Di India, bahasa Sansakerta hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Hanya golongan Brahmana yang menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Kelebihan :
Kaum Brahmana merupakan golongan yang paling tahu dan paham terkait ajaran agama Hindu. Penyebaran ajaran Hindu dapat dikatakan sebagai tugasnya. Selain itu, temuan sejarah terkait prasasti di Indonesia yang menggunakan bahasa Sansekerta dianggap sama dengan bahasa yang digunakan di India.
Kelemahan :
Teori ini pun diragukan kebenarannya. Alasannya, kendati benar hanya para brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, para pendeta itu pantang menyerangi lautan.
- Teori Sudra
Teori ini dikemukakan oleh Van Faber. Teori Sudra beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh golongan Sudra atau budak yang datang ke Indonesia untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Mereka menetap dan terjadilah asimilasi dan akulturasi dengan penduduk sekitar. Lambat laun masyarakat yang pada awalnya memeluk Animisme dan Dinamisme berganti memeluk agama Hindu atau Buddha.
Kelebihan :
Berdasarkan teori peluang, kaum Sudra adalah kaum yang paling mungkin membawa masuk agama Hindu / Buddha ke Indonesia karena jumlah kasta sudra yang merupakan orang – orang terbuang adalah yang paling banyak masuk ke Indonesia sebagai pengikut suatu kelompok, baik Ksatria, Brahmana, ataupun Waisya.
Kelemahan :
Teori ini dianggap lemah karena kaum sudra merupakan kasta terbawah, tidak pernah membuka kitab suci weda apalagi menguasai, sehingga pengetahuan tentang budaya hindu sangat lemah.
- Teori Arus Balik
Menurut F.D.K. Bosch, masyarakat Indonesia tidak hanya menerima pengetahuan agama dari orang asing yang datang. Kebudayaan Hindu yang masuk ke Indonesia itu adalah atas inisiatif dari bangsa Indonesia sendiri. Sebab banyak orang dari Nusantara yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Setelah kembali ke Nusantara mereka lalu menyebarkan ajaran yang mereka dapatkan.
Kelebihan :
Bukti dari Teori Arus Balik adalah ditemukannya Prasasti Nalanda yang menjelaskan pembangunan wihara untuk pelajar dari Kerajaan Sriwijaya di India. Dari prasasti tersebut, diketahui bahwa pada masa Sriwijaya telah banyak pelajar dari Nusantara yang belajar ilmu agama Hindu-Buddha secara langsung ke India. Selain itu, tokoh Teori Arus Balik, F.D.K. Bosch melandasi pendapatnya dengan penemuan mengenai elemen-elemen kebudayaan India yang ada dalam budaya Indonesia. Sesuai pendapatnya, pada era masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia, golongan cendekiawan dipanggil dengan sebutan "Clerk"
Kelemahan :
Kelemahan teori ini yaitu para sejarawan berpendapat bahwa saat itu masyarakat Nusantara masih bersifat pasif. Maka, kemungkinan bangsa Indonesia untuk belajar agama Hindu-Buddha langsung ke India dan menyebarkannya sangat diragukan.