MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

Masa Pra Aksara di Indonesia di tandai dengan adanya Pembabakan Zaman di Indonesia yaitu zaman batu dan zaman Logam

 MENGENAL MASA PRA AKSARA 

Pengertian, Pembabakan Pra Aksara, Zaman Batu dan Zaman Logam

 

masa pra aksara di Indonesia
Pra-aksara

1)   Pengertian Pra-Aksara

Zaman pra-aksara adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan, ditandai dengan belum ditemu­kannya keterangan tertulis mengenai kehidupan manusia. Periode ini ditandai dengan cara hidup berburu dan mengambil bahan makanan yang tersedia di alam. Pada zaman pra-aksara pola hidup dan berpikir manusia sangat bergantung dengan alam. Tempat tinggal mereka berpindah-pindah berdasarkan ketersediaan sumber makanan. Zaman pra-aksara sering disebut juga dengan zaman nirlekaNir artinya tanpa dan leka artinya tulisan. Zaman pra-aksara berakhir ketika masyarakatnya sudah mengenal tulisan.


2)  Pembabakan Pra-Aksara Indonesia

Pembabakan masa Pra-Aksara di Indonesia di bagi menjadi dua, yaitu Zaman Batu diantaranya (Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum) dan Zaman Logam dengan Penjelasan Sebagai Berikut :

1.  Zaman Batu

            Zaman Batu adalah Zaman dimana segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia untuk meringankan kan hidupnya terbuat dari batu 

a.   Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

Berdasarkan temuan geologis, arkeologis, dan paleontologis, zaman batu tua diperkirakan berlangsung selama 600.000 tahun.

a)   Penguasaan Teknologi

Selama kurun waktu tersebut,  manusia hanya meng­gunakan alat-alat yang paling dekat dengan lingkungan hidup mereka seperti kayu, bambu, dan batu. Mereka menggunakan batu yang masih kasar untuk berburu binatang.Pada saat itu, batu juga berfungsi sebagai kapak yang digenggam untuk memotong kayu atau membunuh binatang buruan. 

b)  Kondisi Sosial

Kehidupan manusia pendukung zaman ini masih nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kepindahan mereka bergantung pada daya dukung alam berupa tersedianya bahan makanan, terutama binatang buruan. Jika binatang buruan dan bahan makanan yang diambil dari hutan sudah habis, mereka akan mencari dan berpindah ke tempat yang lebih subur.Kegiatan seperti itu disebut peradaban food gathering atau pengumpul makanan tahap awal.

c)   Manusia Pendukung

Berdasarkan temuan arkeologis, beberapa jenis manusia purba yang mendukung peradaban ini, diantaranya Meganthropus Paleojavanicus,Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Mojokertensis,Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis.

d)  Hasil-Hasil Kebudayaan

Benda-benda yang diperkirakan berasal dari zaman batu tua banyak ditemukan di Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur.Ciri utama kebudayaan Pacitan adalah alat-alat dari batu bentuknya tidak bertangkai atau disebut kapak genggam. Kapak tersebut berfungsi sebagai chopper atau alat penetak. Alat-alat tersebut diperkirakan digunakan manusia jenis Pithecan­thropus Erectus. Kebudayaan Ngandong menghasil­kan alat-alat yang terbuat dari tulang binatang dan kapak genggam dari batu.

 

b.   Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)

a)  Kehidupan Sosial

Ciri utama peradaban zaman ini adalah manusia pendukungnya telah bertempat tinggal menetap.Diperlukan waktu ribuan tahun untuk mencapai taraf hidup menetap.Para ahli ilmu purbakala menyebutkan bahwa zaman ini berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam.Manusia pendukung zaman ini juga bertempat tinggal di gua yang disebut peradaban abris sous roche. 

b)  Hasil Kebudayaan

Alat-alat yang digunakan manusia pendukung masa mesolitikum mendapat pengaruh dari alat-alat yang sama di daratan Asia. Ciri utama kehidupan zaman ini adalah peninggalan sampah dapur yang disebut kjokkenmoddinger.Peradaban ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra, dari Aceh sampai Sumatra bagian tengah.

c)   Keberadaan Teknologi

Dari tempat sampah dapur tersebut, ditemukan juga kapak genggam yang disebut pebble.Mereka menggunakan batu pipih dan batu landasan untuk menggiling makanan serta membuat cat yang diper­kirakan ada kaitannya dengan kepercayaan mereka. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.Perempuan bekerja di rumah dan mendidik anak serta menyiapkan makanan. Adapun laki-laki dewasa berburu binatang dan menangkap ikan.

d)  Manusia Pendukung

Manusia pendukung peradaban mesolitikum merupakan campuran bangsa-bangsa pendatang dari Asia. Manusia pendukung peradaban mesolitikum juga mengunakan flakes dan microlith atau batu-batu pipih, segitiga, dan trapesium yang ukuran­nya kecil.

 

c.    Zaman Batu Muda (Neolitikum)

a)  Teknologi

Ciri utama zaman batu muda adalah manusia telah menghasilkan makanan atau food producing. Menurut Dr. R. Soekmono, ahli arkeologi Indonesia, perubahan dari food gathering ke food producing merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman pra-aksara Indonesia.

b)  Kehidupan Sosial

Manusia pendukung peradaban ini sudah bertempat tinggal menetap, bercocok tanam, beternak, mengembangkan perikanan. Dengan kata lain, telah mengembangkan kebudayaan agraris walaupun dalam tingkatan yang masih sangat sederhana. Manusia pendukung zaman ini membuat kerajinan, membuat aturan hidup bersama dalam satu komunitas. 

c)   Manusia Pendukung

Manusia pendukung kebudayaan neolitikum ialah Proto Melayu.Manusia Proto Melayu ini hidup pada ± 2000 SM. Prototipe manusia Proto Melayu sekarang masih dapat ditemukan pada ciri-ciri fisik Suku Sasak, Toraja, Dayak, dan Nias.Hasil kebudayaan dan peradaban manusia ini yang relatif sudah lebih maju daripada zaman mesolitikum.

d)  Hasil Budaya

Benda-benda yang berasal dari zaman batu muda dikembangkan menjadi peralatan yang lebih halus. Pada masa ini sudah mulai muncul adanya kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang disebut animisme dan dinamisme. Hal ini dapat dilihat dari adanya peninggalan yang terkait dengan upacara ritual.

 

d.   Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Hasil kebudayaan Megalitikum antara lain:

  • Menhir

Tugu batu atau tiang batu terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan di tempat tertentu. Berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang dan tanda peringatan orang yang telah meninggal. Ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

  • Dolmen

Meja batu tempat untuk meletakkan sesaji yang akan dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya terdapat kubur batu. Ditemukan di Sumatera Barat dan Sumbawa.

  • Sarkofagus

Peti jenazah yang terbuat dari batu utuh (batu tunggal). Sarkofagus yang ditemukan di Bali sampai sekarang tetap dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis oleh masyarakat setempat.

  • Kubur batu

 Peti jenazah yang terdiri dari lempengan batu pipih. Ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

  • Punden berundak

Bangunan suci tempat memuja roh nenek moyang yang dibuat dengan bentuk bertingkat-tingkat. Ditemukan di daerah Lebak, Cibedug, Banten.

  • Waruga

Kubur batu yang berbentuk kubus dan terbuat dari batu utuh. Ditemukan di Sulawesi Tengah dan Utara.

  • Arca

 Patung yang menggambarkan manusia atau binatang. Binatang yang dibuat arca antara lain kerbau, gajah, dan kera. Ditemukan di Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

 

2. Zaman Logam

Zaman Logam adalah zaman yang ditandai dengan kemampuan manusia yang pada saat itu untuk membuat alat alat dari logam. Kemampuan manusia membuat alat alat dan benda benda dari logam ini menunjukkan bahwa kebudayaan manusia terus berkembang, khususnya jika dibandingkan dengan zaman batu.

  • Pembagian Zaman Logam

Zaman logam terdiri atas tiga zaman yaitu zaman tembaga, perunggu, dan besi. Pada pembahasan kali ini, kita hanya membahas tentang zaman logam di Indonesia, tetapi berdasarkan teori para ahli, zaman tembaga tidak terjadi di Indonesia.

Oleh karena itu di Indonesia hanya ada zaman perunggu dan besi pada zaman logam. Meskipun begitu, saya akan membahas sedikit tentang zaman tembaga. Berikut penjelasan dari masing – masing zaman.

1. Zaman Tembaga

Zaman tembaga merupakan zaman yang menjadi awal manusia mengenal logam dimana pada zaman ini manusia menggunakan tembaga sebagai bahan dasar untuk membuat peralatan. Para ahli mengatakan bahwa Indonesia tidak terpengaruh dengan zaman tembaga serta tidak pula mengalaminya karena hingga sampai saat ini, belum ada ditemukan peninggalan – peninggalan sejarah dari zaman tembaga di Indonesia.

Hanya negara – negara diluar Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Kamboja saja yang terpengaruh dengan zaman ini.

2. Zaman Perunggu

Zaman perunggu merupakan zaman dimana manusia membuat peralatan dari perunggu. Di Indonesia sendiri, ditemukan peninggalan – peninggalan sejarah dari zaman perunggu yaitu :

  • Candrasa

Candrasa merupakan sejenis kapak yang menyerupai senjata tapi tidak cocok sebagai peralatan perang / pertanian karena tidak kuat dan kokoh. Candrasa ditemukan di Bandung dan diperkirakan digunakan untuk keperluan upacara.

  • Kapak Corong

Kapak Corong atau Kapak Sepatu merupakan alat kebesaran dan upacara adat yang berbentuk seperti corong. Kapak Corong ditemukan di Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

  • Nekara

Nekara adalah genderang besar untuk upacara ritual, khususnya sebagai pengiring upacara kematian, upacara memanggil hujan, dan sebagai genderang perang dengan penyempitan dibagian pinggangnya. Nekara “The Moon of Pejeng” yang merupakan nekara terbesar di Indonesia terdapat di Bali.

  • Moko

Moko merupakan sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil yang berfungsi sebagai benda pusaka seorang kepala suku, benda yang diwariskan kepada anak laki-laki kepala suku dan juga mas kawin. Moko lebih banyak ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai ( Pulau Flores ).

  • Bejana Perunggu

Bejana Perunggu memiliki bentuk seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Di Indonesia, bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura

  •   Arca Perunggu

Arca perunggu ada yang berbentuk manusia, adapula yang berbentuk binatang. Arca perunggu, umumnya, berbentuk kecil dan terdapat cincin pada bagian atasnya.

Dimana cincin tersebut digunakan sebagai alat untuk menggantungkan arca itu karena itulah arca juga digunakan sebagai liontin. Di Indonesia, arca perunggu ditemukan di  Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).

Dari semua peninggalan pada zaman perunggu, kapak coronglah yang paling terkenal. Terdapat dua teknik pembuatan kapak corong yakni :

  • Teknik Bivalve

Teknik bivalve disebut sebagai teknik setangkup dimana untuk membuat perunggu dilakukan dengan cara menangkupkan dua bagian batu kemudian diisi cairan logam. Berikut langkah – langkahnya :

  1. Cetakan terdiri dari dua bagian dan umumnya terbuat dari batu.
  2. Cetakan diikat dan perunggu cair dituangkan ke dalam rongga cetakan.
  3. Tunggu hingga cetakan dingin dan membeku.
  4. Kemudian, cetakan dilepas dan terbentuklah hasil cetakannya. 
  • Teknik A Cire Perdue

Teknik A Cire Perdue disebut juga sebagai teknik cetak lilin dimana bahan dasarnya berupa tanah liat dan lilin sebagai bahannya. Berikut langkah – langkahnya :

  • Buatlah model benda yang diinginkan dari lilin atau sejenisnya.
  • Benda yang dicetak tersebut kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang.
  • Lalu, dibakar maka lilin pun meleleh.
  • Selanjutnya, rongga bekas lilin tersebut, diisi dengan cairan perunggu.
  • Setelah perunggu menjadi dingin dan membeku maka tanah liatnya dibuang sehingga menghasilkan barang yang dicetak.

 

3.   Zaman Besi

Zaman besi merupakan zaman dimana manusia telah mampu membuat peralatan dari besi yang lebih sempurna daripada tembaga ataupun perunggu. Dengan cara, meleburkan besi dari bijihnya lalu menuangkan cairan besi tersebut ke dalam cetakan.

Adapun hasil peninggalan dari zaman besi yang sudah ditemukan di Indonesia antara lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, cangkul, dan sebagainya. Mata kapang digunakan untuk membelah kayu sedangkan mata sabit digunakan untuk menyabit tumbuh – tumbuhan. Di Indonesia, benda-benda tersebut telah ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).


 (dari berbagai sumber)

baca juga : manusia purba di Indonesia

LihatTutupKomentar